Kamis, 24 Januari 2008

Kebyar kebyar

Kebyar kebyar

Indonesia …
merah darahku, putih tulangku
bersatu dalam semangatmu

Indonesia …
debar jantungku, getar nadiku
berbaur dalam angan-anganmu
kebyar-kebyar, pelangi jingga

biarpun bumi bergoncang
kau tetap Indonesiaku
andaikan matahari terbit dari barat
kaupun tetap Indonesiaku
tak sebilah pedang yang tajam
dapat palingkan daku darimu
kusingsingkan lengan
rawe-rawe rantas
malang-malang tuntas
denganmu …

Indonesia …
merah darahku, putih tulangku
bersatu dalam semangatmu
Indonesia …
debar jantungku, getar nadiku
berbaur dalam angan-anganmu
kebyar-kebyar, pelangi jingga
Indonesia …
merah darahku, putih tulangku
bersatu dalam semangatmu
Indonesia …
nada laguku, symphoni perteguh
selaras dengan symphonimu


do you really want to live forever...... Sangatlah tidak terabaikan sama sekali hingga mengkhidmatkan diri sesampai nurani yang terpinggir sekalipun. Bahasannya kegalauan ini muncul seketika hati hendak pergi menggerayangi sekelupas tiada guna hingga menghablur yang pernah ada di hati terdalam. Sehingga muncullah hitam, ungu, serta tercampur campurlah keruh sekalian menjadi muka elok nan memuakkan. Pantunlah sebait kata kata dan kuatlah hati apa untuk sementara sampai bangkit tiga kali amarah itu. Namun sependerita nusantara jernih nan terbuai ini telah datang sekelompok makanan tiada guna bahkan sekalian aib bagi yang memakannya di dalam tubuhnya pertiwi sehingga muntah berkilah apa didalam sekam itu. Aku. bukan kah aku itu itu. itu yang sebuat aku malu aku biadap atau atau. Atau hanyalah atau sampai datang segala gala tafsir yang berujung tombak terbungkus cahaya nilam.

kebyar kuberujung dan tak hingga hingga jua sampai tiada terduga berusaha pun tidak tertantang angin alam punya pertiwi.

musnah tidak sampai, hingga Tuhan menghendakinya.

thanks to

yang telah hingga saat itu menyimpan apa yang tertinggal di bawah semak berduri.






Tidak ada komentar: